"Saya pernah mengatakan ke beberapa orang bahwa kompetisi kali ini adalah kompetisi terakhir saya. Setelah ini, kemungkinan besar saya tak akan ikut kompetisi-kompetisi sejenis. Kenapa? Ada dueh. Hee…" (Haris, Mei 2011)
Sumber: www.haris-berbagi.co.cc
Ada dua poin penting yang saya bahas di tulisan saya sebelum ini, berjudul “Tak Kumpul Bukan Berarti Cuek, Lho”. Pertama, ketidakhadiran saya pada kumpul kawan-kawan mahasiswa PSIKOLOGI UII terkait rencana pengadan public hearing dengan pimpinan fakultas PSB UII—alhamdulillah Senin (6/6) kemarin sudah dilaksanakan, tinggal nunggu follow up-nya. Dan yang kedua, terkait “pamitan” tertulis saya (Ipeh & Rendy) ke UNIKA Semarang.
Pada paragraf terakhir di tulisan itu, saya menyebutkan bahwa keberangkatan kami, tim delegasi Psikologi UII, tidaklah untuk mengejar juara di ajang PSYCHOBATE 2011—Psychology Debate Competition 2011. Karena kata Bu Rina Mulyati, “Juara itu format dan jenisnya banyak.”. Jadi, seandainya nanti “kami pulang dengan membawa juara 1, 2 atau 3, yaaa….itu berarti bonus saja,” demikian saya menutup tulisan itu.
Bonus. Hmmm…. Jujur, saya merasa tergelitik dengan apa yang saya tulis sendiri di tulisan itu. Saya bahkan masih tak sadar dengan apa yang saya alami. Ketika di dalam bus, pulang menuju Jogja, saya masih saja menanyakan ke Rendy, “Rend, dewe ki bener juara po?” Rendy pun tertawa menanggapi pertanayaan saya. Saya disuruhnya melihat sendiri foto-foto di kamera saya. Foto-foto ketika penyerahan piala. Ternyata benar, kami juara. Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin…
Lifthya, Reply speecher |
Tapi, yang membikin saya terus bersyukur dari bonus yang diberikan Tuhan di kompetisi kemarin itu adalah disatutimkannya saya dengan orang-orang hebat seperti Rendy dan Lifthya (Ipeh). Kelihaian si Ipeh dalam me-manaje tim, dan memposisikan diri sebagai replay speech yang banyak audiences menyebut "pencicilan" dalam berdebat, sungguh patut mendapat apresiasi tersendiri. “Kamu the best speaker kami, Ipeh.” Kata saya ketika di dalam bus menuju Jogja.
Rendy pun juga demikian, ia patut saya banggakan. Saya menyebutnya sebagai SBY: Si Butet Yogya, sosok yang di mata saya, saat ia berbicara sangat lantang, tatak, dan cakap. Bahkan, Saprol, kawan kami dari UMS Surakarta yang punya “kisah”, dengan ******** pun, secara terang-terangan mendukung tim kami. “Kalian pantas juara!,” katanya. Tapi sayang, Saprol yang
baru akrab dengan kami di hari kedua PSYCHOBATE 2011 kemarin itu, harus pulang duluan karena kawan karibnya tertimpa musibah [Prol, kita orang turut berbela sungkawa].
baru akrab dengan kami di hari kedua PSYCHOBATE 2011 kemarin itu, harus pulang duluan karena kawan karibnya tertimpa musibah [Prol, kita orang turut berbela sungkawa].
Saya juga merasa beruntung bisa dipertemukan dengan kawan-kawan mahasiswa Psikologi UNIKA Soegijapranata kembali, terutama dengan Mas Bagus yang sekarang jadi ketua Senat [Wah, aku percoyo mas, nek jenengan ki mirip jaman mudanya Ari Lasso dan Gusti Randa]. Shinta yang sekarang ketua BEM-F [Thank you ya, Shinta. Main-main ke Jogja kapan-kapan]. Dan Lisa yang lebih dulu memperkenalkan diri sebagai panitia PSYCHOBATE 2011 pas ketemu di Maranatha Bandung [Jangan nggeret aku lagi, ya, Lisa, aku bener-bener nggak bisa joget]. Juga sapaan akrab dari kawan-kawan Psikologi kampus lain: Mas Handi, dari Univesitas Bunda Mulia-Jakarta, Saprol dkk dari UMS Surakarta, kawan-kawan Sanata Dharma-Jogja yang malah udah ketemu di terminal Jombor sebelum ke Semarang--tapi baru sadar ketika sudah di UNIKA. Kawan-kawan UNMER Malang, UM, UNIKA Wadya Mandala Surabaya, UMM Malang, Kichi dkk dari UKSW Salatiga [Doa kita didengar, boy], dan Fauzi dari UMK-Kudus. Setahun silam, kita pernah ketemu di Psychompilation Nasional 2010, bulan lalu ketemu lagi di Psychompilation Nasional 2011 dan kemarin kita dipertemukan kembali di Psychobate 2011. Ah, seolah-olah serasa reunian, kawan.
Memang pada awalnya sempat ada pesimisistik dalam kompetisi kemarin. Apakah kami nanti pulang bawa bonus atau tidak. Ditambah modem kami yang hampir saja hilang karena tertinggal di bus. Dilanjutkan ia "rewel" di hari kedua karena tak bisa diisi pulsa. Sampai pada titik jujur si Lifthiya yang mengatakan bahwa awalnya ia pun ada rasa pesimis. "Pesimis dengan persiapan tim akunya sendiri. Apalagi kemarin pas lawan UMS, kita kurang terstruktur banget,” akunya sewaktu makan bersama kemarin siang. Tapi, kehidupan itu memang penuh rahasia. Keberanian ini rupanya mampu menembus batas ketakutan kami. Allahu akbar. Alhamdulillahirabbil ‘aalamiiin…terimakasih Tuhan, atas bejo-Mu yang tak bisa ditiru ini. Atas bonus kado-Mu di kompetisi terakhir ini. Selamat buat Ipeh, Selamat buat Rendy, Selamat buat Psikologi UII, kampus unyu-unyu kebanggaan kita semua.
Congrats buat Psychobate-nya ya, Mas..
BalasHapusSekalian tak follow..
Perkenalkan,
http://ahmadsbudiman.blogspot.com/
Hehe..
Semoga menambah kebanggaan kita pada almamater tercinta ya, Budi.
BalasHapusTerimakasih follow dan kunjungannya.
salam :)