TAK KUMPUL BUKAN BERARTI CUEK, LHO...


“Ris, kamu kemarin kok nggak ikut kumpul?”
“Kak Haris…kemarin kemana?”
“Semalam nggak kumpul napa, Ris?”
“Tumben nggak kumpul, Ris, sibuk apa?”
“Ris…ris….ris…”

Kutipan di atas adalah pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan beberapa kawan saya di Psikologi UII beberapa hari terakhir ini. Saya tahu, mengapa pertanyaan-pertanyaan itu ada untuk saya. Dan….

Yah…Baiklah. Dalam tulisan ini, saya akan menjawabnya:

Jadi begini kawan, saya tahu bahwa beberapa hari terakhir ini, sejumlah mahasiswa Psikologi di kampus kita ini—tepatnya di fakultas kita—sedang ramai-ramainya kumpul bareng, diskusi, buat ngumpulin isu dan fakta dari beberapa kebijakan dekanat FPSB UII yang dinilai tidak mendukung kepentingan kita, mahasiswa. Saya tahu bahwa kumpul kawan-kawan semuanya kemarin itu bukan untuk mensudutkan pihak-pihak tertentu, melainkan sebaiknya: demi kemajuan bersama almamater kampus tercinta kita ini. Karena dirasa, semakin hari beberapa kebijakan—saya tidak tahu apakah ini bisa disebut kebijakan atau bukan—dekanat dirasa tidak mendukung kepentingan kita orang. Maka dari itulah, kawan-kawan semua kemarin pada kumpul bareng. Begitu, bukan, alasannya? Mohon dikoreksi jika saya salah.

Kemudian, kalau tidak salah sudah empat kali kan, kumpul-kumpulnya itu? Dari keempatnya, saya sebenarnya juga di sms kok, untuk bisa join bareng. Bisa kumpul bareng. Mungkin pikirnya, yaaah…siapa tahu, sosok Nur Haris Ali ini bisa sekedar…urun rembug (halah, gayane! Emange sopo Haris ki? hahaha). Eh, tapi terima kasih lho ya, buat yang kemarin udah nge-SMS saya. Baik banget deh :)

Tapi, maafkan daku, kawan. Jujur dari keempat acara kumpul kemarin itu,  tak satupun bisa saya ikuti. Apa pasal?

Begini, kawan, ini bukan berarti saya tidak mendukung kawan-kawan semua lho, dalam forum kumpul kemarin. Bukan berarti juga saya cuek dengan usaha kawan-kawan semua. Bukan, sekali lagi bukan itu. Toh buktinya saya tetap tanda tangan di aksi massal tandangan kemarin siang. Malahan saya tulis besar-besar di media yang disediain kemarin itu, tandatangan saya dan nama lengkap saya besar-besar: NUR HARIS ALI. Tuh. Bukti bahwa saya pun sebenarnya ada bersama kalian. Saya mendukung kalian.

Kemarin itu, saya tak bisa ikut kumpul bersama kawan-kawan semua karena ada hal lain yang, saya rasa, perlu untuk lebih saya pilih. Karena hal ini, juga membawa nama fakultas kita.

Jadi ceritanya, besok tanggal 3-5 Juni nanti, hari Jum’at-Minggu, ada Pscyhobate, kawan. Di UNIKA—Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Psychobate itu, kepanjangannya Psychology Debate. Jadi saya—Rendy dan Ipeh, keduanya anak Psikologi 2009—kebetulan makilin fakultas jurusan psikologi kita, buat ikut ajang kompetisi ini. Terus, kalian kumpulnya kemarin itu kan, ada empat kali ya, kalau tidak salah? Nah, ke-be-tu-lan nih, jadwal kawan-kawan kumpul kemarin itu, pas banget bentrok sama jadwal kami orang kumpul. Begitu ceritanya, kawan. Maap ya, kawan-kawanku.

Dalam kumpul-kumpul kemarin, antara kumpul kalian dengan kumpul kami orang, sebenernya sama-sama bahas hal yang urgent kok. Bedanya, kalian lebih banyak orang dan sudah sampai (final?) merumuskan 3 tema permasalahan besar, sementara kami orang, masih berkutat pada 8 permasalahan (mosi. red) yang masih harus kami godok hingga tulisan ini kawan-kawan baca, karena kami merasa belum sampai pada klimaksnya.

Apa pasal belum sampai klimaks?

Yah, itu cuman perasaan pribadi saya saja, kawan.  8 mosi kami itu seperti berikut kawan:
  1. Dewan ini percaya bahwa—selanjutnya disingkat DIPB—motivasi orangtua untuk memasukkan ke sekolah internasional adalah orang tua yakin pendidikan anak jadi lebih baik
  2. DIPB  motivasi anak mengirimkan orangtua ke panti wreda untuk memberikan kenyamanan di hari tua.
  3. DIPB motivasi orang untuk menikah muda hanya untuk melegalkan  hubungan sex
  4. DIPB motivasi kemarahan orangtua untuk memicu prestasi anak
  5. DIPB motivasi untuk mendapatkan nilai tinggi berhubungan dengan kesuksesan di masa depan
  6. DIPB pelatihan keterampilan bagi PSK dapat menurunkan motivasi menjadi PSK kembali
  7. DIPB pelegalan pernikahan homoseksual dimotivasi persamaan hal
  8. DIPB motivasi koruptor akan menurun setelah dipenjara

Oh iya, mungkin kawan-kawan bisa kasih masukan atau data-data apa begitu terkait mosi kami di atas?

Hmm….mau nulis apa lagi yah? *mikir….

Oh, iya, inget. Btw, sebagai mahasiswa psikologi, saya merasa bangga lho, dengan motivasi kawan-kawan kemarin. Bayangkan saja, dalam waktu yang sangat mepet. Sedikit. Ringkas. Cepat. Kawan-kawan sudah mampu merumuskan 3 tema permasalahan besar terkait kemajuan almamater kita ini. Bener-bener hebat, bukan?

Sempat saya baca tiga tema besar permasalahan yang akan kawan-kawan bawa di public hearing—kalau saya sebenarnya lebih suka menyebutnya public listening—Senin (6/6) depan. Ada pertama, permasalahan di bidang akademik kampus kita. Dua, permasalahan di bidang kemahasiswaan kampus kita dan yang ketiga, permasalahan di bidang sumber daya manusia staf pengajar kampus kita. Bener-bener T-O-P deh :)

Yah, saya hanya bisa berharap, semoga ini benar-benar bisa didengar oleh para pemimpin kita di kursi pemangku kebijakan. Benar-benar menjadi awal perubahan yang nyata, yang bagus, yang diridloi oleh Tuhan, dan yang menjadi ciri-ciri UII: rahmatan lil alamiin. Amiiiiin….

Kawan, besok jam 9 pagi, kami—saya, Rendy, Ipeh, satu lagi teman kami, Neneng—berangkat ke Semarang. Doakan kami ya, Kawan. Tenang, nggak usah khawatir terkait dana (lagi) kok. Alhamdulillah dari dekanat turun 500ribu buat ngganti uang pendaftaran kami. Dari DPM-U alhamdulillah 210ribu. Penginapan, transport?? InsyaAllah cukup, kok. Diusahakan :) *emang ada yang mau nyumbang? boleh kok. hee...

Oh iya, perlu buat catatan: Kami tak mengejar juara, kawan. Karena kata Bu Rina Mulyati, “Juara itu format dan jenisnya banyak.” Kami sadar bahwa, sebenarnya, sebelum kami berkompetisi pun, kata mas Yudi Kurniawan, kami sudah menang duluan. “Menang melewati kesulitan sebelum keberangkatan, dan menang melawan keraguan.” Pun kalau kami nanti pulang dengan membawa juara 1, 2 atau 3, yaaa….itu berarti bonus saja. Bukankah begitu?

Bismillahirahmaanirrahiimm…… :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini