Saya sangat merindukan dan mengidolakan seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang mengerti tentang apa itu memimpin dari kacamata Islam. Memang boleh dikata, pandangan saya ini sangat subjektif, karena hanya memakai kacamata Islam saja. Tap bagi saya, hanya Islam lah yang memiliki prinsip-prinsip kepemimpinan yang ideal.
Setidaknya pandangan saya ini benar karena Islam mendasarkan prinsip kepemimpinannya itu pada Al Qur’an dan Sunnah. Al Qur’an adalah sumber dari segala sumber pengetahuan dan aturan-aturan bagi semua manusia dan semua makhluk. Sedangkan Sunnah, adalah wujud nyata dari pengetahuan dan perilaku yang sesuai aturan Al Qur’an itu, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai pelaksana dan contohnya.
Jika ditarik korelasi antara Islam, Al Qur’an dan Sunnah ini membuktikan bahwa Al-Qur’an dan Sunnah memberi isyarat mengenai beberapa prinsip pokok dan tata nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan, kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, bernegara (kehidupan politik) termasuk di dalamnya sistem pemerintahan.
Beberapa prinsip pokok dan tata nilia yang dimaksud diantaranya adalah pertama, prinsip tauhid. Prinsip ini merupakan dasar dari segala prinsip kepemimpinan dalam (pemerintahan) Islam. Seorang pemimpin idola saya yang akan saya sebut di akhir makalah ini, saya kira memiliki prinsip dasar tauhid. Dari dirinyalah saya kemudian bisa belajar dan mencontoh darinya: apa itu tauhid, bagaimana saya mengenal Tuhan (Allah SWT) saya, bagaiaman saya mengimaninya dan seterusnya.
Kedua, prinsip syura (musyarawah). Sepengalaman dan sepengetahuan saya, pemimpin idola saya ini juga memiliki prinsip kedua ini. Lebih-lebih ketika beliau dihadapkan pada suatu kebijakan yang harus mengambil keputusan. Ia tahu betul kapan harus melangkah dan bagaimana cara-cara yang harus ditempuhnya. Pemimpin idola saya ini betul-betul mempertimbangkan matang-matang pendapat-pendapat dari kelompok minoritas dan mayoritas. Ia juga paham bahwa ia harus menentukan pilihan yang bisa mashlahat bagi orang yang dipimpinnya.
Ketiga, prinsip keadilan. Pada prinsip ketiga ini, saya kira, pemimpin idola saya sangat mampu menerapkan apa itu adil. Adil, baginya, tidak harus sama. Bila diibaratkan, ada dua anak yang sama-sama mau berangkat sekolah. Satu anak duduk di bangku SMA dan yang satunya duduk di bangku SD. Orangtua memberikan uang saku berbeda diantara kedua anak ini. Anak yang SMA diberi uang saku 10 ribu dan anak yang SD diberi uang saku 3000. Dari contoh ini saya kira, orangtua telah berlaku adil. Adil dalam artian proporsional antara kebutuhan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Keempat, prinsip kebebasan. Maksud kebebasan di sini adalah kebebasan yang bertanggungjawab, bukan kebebasan tanpa batas atau semaunya sendiri, melainkan kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Pemimpin idola saya ini juga menerpakan prinsip terakhir ini. Beliau dengan hati lapang memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada bawahnyannya. Belaiu sendiri dalam hal kepemimpinan juga bebas mau melakukan apa saja, tapi meskipun demikian, setiap kali beliau bertindak, maka beliau bisa mempertanggungjawabkannya.
Siapakah pemimpin idola saya ini?
Nabi Muhammad SAW, beliaulah pemimpin idola saya. Saya sangat rindu dan mengidolakan beliau. Terkadang, saya iri pada orang-orang yang—katanya—bermimpi bertemu dengan nabi Muhammad SAW. Merupakan sebuah anugerah seandainya hal itu bisa saya alami. Tidak ada saya kira, umat beliau yang tidak bahagia ketika bermimpi, bertemu dengan Nabi.
Belakangna terakhir, saya barus saja menghabiskan buku berjudul “ Menatap Punggung Muhammad.” Buku itu, kata penulisnya, adalah sekumpulan surat cinta yang dikirimkan kepada sang kekasih (pacar.red) setelah ia lama tidak menemuinya. Dalam buku itu diceritakan, penulis (tokoh utama dalam buku ini) lama tidak menghubungi dan menjalin komunikasi dengan pacarnya. Ia mengatakan, ada alasan kuat sehingga memaksanya untuk uzlah dan mencari tahu apa yang sedang dialaminya itu: mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, penulis buku itu penasaran dan terheran, kenapa ia bisa bermimpi bertemu nabi. Buku inilah salah satu sebab mengapa saya bisa iri untuk bertemu nabi.
Terakhir untuk menutup tulisan ini, saya akan mengatakan, jika saya ditanya siapa pemimpin idola saya, maka saya dengan tegas dan lantang akan menjawab: Nabi Muhammad. Lalu, siapa lagi: Nabi Muhammad. Siapa lagi setelahnya? Nabi Muhammad, baru abah saya (Haris, 4/4 2011).
saya juga dicandu rindu akan sosok pemimpin idola mu haris .
BalasHapusbe a writer isn't a job, but fire of life. wishes that one-day we 'll surrounding the God's land other than Java .amin amin :))
amin...terima kasih Rieska :)
BalasHapus