SURAT UNTUK GURUKU

Untuk bapak dan ibuk guruku nan jauh di sana.


Apa kabar, Pak, Buk? sehat?

Bapak...Ibuk….
Haris kangen sama bapak dan ibuk semua. Haris ingiiin...sekali menjabat dan mengecup tangan bapak dan ibuk. Haris ingiiiin...sekali mendengar canda dan tawa bapak ibuk. Haris ingiiin...sekali dimarahi dan ditegur sama bapak dan ibuk sewaktu Haris berbuat salah.

Haris ndak tahu, Buk, Pak, mengapa Haris kangen sama bapak dan ibuk. Apa karena Haris jauh dari bapak dan ibuk? karena tempat dan waktu kita berbeda? atau karena hati ini sudah beresonansi, sebagaimana teori transpersonal yang pernah dijelaskan Pak Ndaru—teman Ibuk Rina, dosen yang juga saya anggap sebagai mamah saya di sini—sewaktu kolokium di fakultas Psikologi UII beberapa hari yang lalu?

Bapak....ibuk...
Haris saat ini sehat-sehat saja, Pak, Buk. Haris akhir-akhir ini sedang disibukkan oleh tugas-tugas kuliah dan proses teknik penulisan skripsi. Sehingga maaf, Haris pun tak bisa berkorespondensi untuk sekedar menyapa dan menanyakan kabar bapak ibuk semua.

Bapak....ibuk....
Tahu nggak, sekarang, Haris sudah semester 6 lho. Pasti ibuk dan bapak ndak bayangin kan? Alhamdulilah Haris bisa survive sampai detik ini. Alhamdulillah nilai kuliah tetap bisa terkontrol, Buk, Pak. Walaupun, untuk semester 5 kemarin turun 0.01 dari IPK yang tetap bisa dikatakan cumlaude. Ini semua berkat doa dan pesan bapak ibuk kan? Haris tahu dan sadar itu, Buk, Pak. Itu artinya, Haris harus tetap fokus untuk kuliah. Dan, sebentar lagi, waktunya Haris untuk KKN dan menggarap-fokus skripsi.

Bapak...ibuk....
Malam ini, Haris ingin mengenang dan mematri betul-betul doa-doa yang pernah bapak ibuk ucapkan sewaktu Haris mengucapkan "selamat hari guru" beberapa bulan yang lalu. Haris tahu, Buk, Pak, sebenarnya kurang pantas jika hari guru hanya diperingati satu kali dalam satu tahun, apa lagi mengucapkannya cuman sekali itu saja. Bagi Haris, hari guru adalah setiap hari. Dan, doa-doa yang pernah bapak ibuk ucapkan kemarin itu, serasa benar-benar membawa Haris untuk selalu ingin bersama bapak dan ibuk. Ada banyak kenangan yang mengukir di sana. Di SMA Islam Sunan Gunung Jati Tulungagung tercinta, hingga akhirnya Haris bisa sampai di sini. Di kota pelajar, Yogyakarta ini.

Ya. Memori itu. Tidak boleh Haris lupakan. Termasuk ilmu-ilmu yang pernah bapak dan ibuk berikan kepada Haris. Juga saran dan pesan-pesan mulia, yang pernah terucap dari mulut manis bapak dan ibuk. Terima kasih, Pak. Terima kasih, Buk. do'amu ini, akan selalu terpatri di benak Haris:

"Makasih ya....ibu selalu ada untuk ananda, ibu doakan semoga yang ananda cita-citakan tercapai." [Ibu Binti, guruku tercinta, Bahasa Indonesia SMA]

"Terimakasih anakku Haris, doain ibu jadi guru yang benar-benar bisa digugu dan ditiru. Do'a ibu selalu menyertaimu. Semoga sukses selalu. Amin." [Ibu Ita, guruku tersayang, Akuntansi SMA]

"Iya, terima kasih, Mas Haris. Orang yang ilmunya barokah akan selalu menghargai siapa saja yang memberi ilmu itu. Walau cuma setetes embun." [Pak Endri, guruku yang terhormat, Bahasa Indonesia SMP]

"Terima kasih mas bagus atas doanya. Semoga sampean cepat dapat mencapai cita-cita." [Ibu Mulyati, guruku yang hebat, Matematika SMP]

"Terimakasih nak Haris. Ibu selalu doakan semoga nak Haris dan teman-temannya semua berhasil. Amin." [Ibu Masitoh, guruku yang sabar, Keterampilan dan Tata Boga SMP]

Yogyakarta, 18 Februari 2011
Yang selalu merindu

Nur Haris Ali


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini