BELAJAR DARI SOSOK ERRIN GRUWELL : REVIU FILM


Director: Richard LaGravenese

Writers : Richard LaGravenese

Stars     : Hilary Swank, Imelda Staunton and Patrick Dempsey

***


Ketika melihat film ini awalnya biasa-biasa saja, seperti film-film pada umumnya. Namun perlahan-lahan banyak kejutan-kejutan yang itu meledak-ledak dari film ini. Dalam film ini perjuangan seorang guru bernama Errin Gruwell yang harus menghadapi siswa dengan latar belakang perang antar geng, kekecewaan, keputusasaan dan kehilangan harapan sarat akan penuh pengorbanan. Siswa-siswi Errin hanya memandang sebelah mata yaitu berdasarkan ras kulit saja. Errin bahkan dicemooh oleh guru lainnya Errin dianggap tidak sesuai mengajar berdasarkan kurikulum dan metode pengajarannya pun dianggap aneh. Kesabaran dan kegigihan Errin bahkan harus “dibayar” dengan persoalan hubungannya dengan sang suami yang tidak bisa memahami keinginnanya, sehingga ia pun harus bercerai dengan suaminya tercinta. Perjuangan Errin dilakukan melalui pengajaran yang sangat dekat dengan aspek emosional para murid. Errin mampu mengajar dengan berbagai taktik dan permainan. Errin meminta murid-muridnya untuk menulis lepas pada diary yang Errin bagikan kepada mereka. Bagaimana Ia mendengarkan keluhan hati para murid dengan masa lalu yang kelam, bagaimana Errin harus menampung murid yang diusir dari rumah dan dikejar-kejar gangster. Pendidikan transformatif seperti dilakukan oleh Errin akhirnya mampu untuk mengubah siswa secara penuh, dan akhirnya di antara mereka yang awalnya bermusuhan karena perbedaan ras warna kulit bisa bersatu dan menjadi lebih baik yaitu terbuka, menghargai, dan penuh semangat perubahan. Para siswa yang semula saling membenci dan tidak acuh terhadap pendidikan mereka, mampu Errin ubah menjadi sebuah perubahan besar dalam hidup mereka bahkan mencapai keberhasilan yang sangat jauh dari bayangan mereka. Sebagai guru, Errin sempat hampir putus asa dan meninggalkan mereka karena situasi yang sulit di kelas dan hambatan dari berbagai pihak di lingkungan sekolah. Namun, ia tetap maju. Ia rela berbagi hidup dan membangkitkan motivasi para siswanya. Errin belajar untuk mendengarkan, menghargai dan mempercayai murid-muridnya. Seorang guru yang mendorong mereka untuk membaca diary dan menulis diary itulah yang menyebabkan mata mereka terbuka lebar, bahwa masih ada banyak orang yang menderita bahkan jauh lebih menderita namun dapat bangkit dari keterpurukan mereka. Sang guru mencoba mendobrak benteng-benteng kebencian dan perpecahan di antara mereka dengan memberi inspirasi dan menggugah kesadaran mereka. Sang guru Errin begitu kreatif menggali segala sisi kehidupan para siswanya untuk membantu mereka melihat kehidupan dari perspektif yang berbeda. Para siswa yang semula dianggap kelas buangan dan tidak sanggup menyelesaikan studi mereka kini justru mengalami perubahan hidup yang luar biasa bahkan meraih prestasi dan siap menapaki dunia universitas atau perguruan tinggi dengan suatu kenangan manis dan langkah yang mantap. Para siswa yang dulunya tidak disukai kini kisah kehidupannya justru telah terpampang di koran, ditayangkan di televisi dan bahkan difilmkan. Semua itu berawal dari perjumpaan seorang Errin Gruwell dengan para siswa di Ruang 203 pada suatu musim gugur tahun 1994. Akhirnya mereka pun bisa bersama gurunya tercinta Errin Gruwell di kelas baik senior maupun junior dan diary mereka pun dibukukan [Haris/18/12]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini