TENTANG PSIKOLOGI KENABIAN, AL QUR’AN DAN MANUSIA

Prolog
Setiap orang yang menghayati bagaimana hamba Allah yang bergelar “Insan Kamil” ini  mengelola berbagai urusan kaumnya, baik urusan lahiriah maupun batiniah, serta menghayati sifat-sifat dan kehidupannya yang menakjubkan, dan tidak diketahui bagaimana cara beliau menerima syari’at tanpa sistem pengajaran tertentu, pastilah orang tersebut tidak meragukan ketinggian kecerdasan dan kuatnya pemahaman beliau Nabi Muhammad SAW.

Dalam tulisan ini, akan penulis jelaskan, sedikit dari sekian banyak keagungan Nabi Muhammad SAW. sebagai hamba Allah SWT. yang memiliki eksistensi, potensi, dan kepribadian rabbani yang sempurna. Sebab esensi dan citra kenabian beliau sangatlah patut untuk dijadikan teladan bagi siapapun khususnya umat Islam seluruhnya. Kemudian, penulis juga bermaksud mengajak semua kalangan agar lebih memahami tentang konsep-konsep psikologi kenabian. Dengan kata lain, hal-hal yang mengenai perilaku sekaligus sifat mulia yang dimiliki oleh para nabi dapat kita jadikan pedoman dalam menjalani kehidupan, agar dalam prosesnya kita selamat dunia dan akhirat. 

***

Pengertian Psikologi Kenabian
Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang.

Syaikh Kamil Muhammad Uwaidhah dalam bukunya ‘ilmun-Nafs menguraikan bahwa psikologi terbagi dari dua kata dari bahasa yunani psyche dan logos. Psyche artinya ruh, akal, atau zat (diri). Sedangkan logos artinya adalah ilmu atau pelajaran.

Kata “kenabian” berasal dari bahasa Arab Nubuwwah, kata kenabian memiliki asal kata “Nabi” yaitu seorang hamba Allah swt. yang telah diberinya kitab, hikmah, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, para malikatnya, serta kemampuan mengimplementasikan kitab dan hikmah itu, baik dalam diri secara pribadi maupun umat manusia dan lingkungannya. Sedangkan kata kenabian mengandung makna segala hal-ihwal yang berhubungan dan berkaitan erat dengan seseorang yang telah memperoleh potensi kenabian. Dia itu adalah Nabi Muhammad saw. 

Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqom jiwa) dan gejala jiwa (perilaku, sikap, tindakan, penampilan, dan gerak gerik diri). Dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengalaman agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (Al qur’an), sabda dan keteladanan kenabian (As sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para ‘auliyah Allah dan orang-orang saleh.

Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian
Fungsi utama :
Memberikan sesuatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tutunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri manusia.

Tujuan :
  1. Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya (Nur), yang senantiasa tidak akan pernah terpisah dari Tuhanya. 
  2. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhanya yang “Laisa kamitslihi syai’un”. 
  3. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara Holistik (sehat fisikal, mental, spiritual, financial, dan social).  
  4. Mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw. yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (Hamdani, Prophetic intelligence, 2006).

Objek Psikologi Kenabian
Objek dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secar lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik dan benar.

Metode Psikologi Kenabian
Metode dalam bahasa inggris (method) yang memiliki arti “cara”; atau prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep. Dalam hal ini metode yang dimaksudkan adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama.

Metode yang dilakukan dalam teori psikologi kenabian ini ada dua metode, yakni:
(1) Metode Ilahiah. Yaitu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT. Teknisnya ada empat cara, yakni: Pertama, melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan dan sabda kenabian. Kedua, melalui analisa mimpi yang benar dan bermakna. Ketiga, melalui intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qolbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani. Keempat, melalui mukaasyafah (ketersingkapan inderawi batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku didalam ruh dan jiwa).

Keempat teknis ini tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar, jika seorang pengkaji atau peneliti belum memiliki potensi prophetic Intellegence (baca Hamdani, Prophetic Intellegence, 2004).

(2) Metode Ilmiah. Yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mengenali dan memahami kondisi kejiwaan seseorang secara objektif dan sistematis.

Manusia Dalam Perspektif Psikologi
Keterbatasan manusia untuk memahami tentang dirinya disebabkan :
  1. Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi.
  2. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti dinyatakan oleh Bergeson “Tidak mampu mengetahui hakikat hidup”.
  3. Multi kompleksnya masalah manusia.

Pandangan Al Qur’an Tentang Manusia
Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Allah memberikan gambaran manusia melalui Al qur’an. Karenanya kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, maka Al qur’an memberikan gambaran tentang manusia :
  1. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, atau an-nas 
  2. Menggunakan kata basyar.
  3. Menggunakan kata Bani Adam, dan dzuriat Adam.

Kata “Basyar” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “Menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan Al qur’an  Surat Ar - Ruum ayat 20,  “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah kemudian ketika kamu menjadi Basyar kamu bertebaran”.

Produksi dan Reproduksi Manusia
Manusia sebagai mahluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai kholifah Allah diatas muka bumi yang di ciptakan Allah melebihi dari makhluk-makhluk lainnya. Al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya (Q.S 38: 71-72) dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk yang lain, sehingga butuh makan, minum, dan sebagainya. Dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan tak bersubstansi dan tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material.

Epilog
Psikologi kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa dan gejala jiwa. Fungsi psikologi kenabian memberikan sesuatu penjelasan bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai pengetahuan, akan tetapi merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan dalam diri manusia. Sedangkan tujuannya meliputi antara lain :
  1. Mengantarkan manusia mengenal hakikat dirinya yang bersifat ketuhanan, ruhaniah dan bercahaya.
  2. Mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya.
  3. Mengantarkan manusia akan dapat mencapai sehat secara holistic.
  4. Mengantarkan manusia dapat mengembang potensinya yang hakiki

Objek psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, bataniah gejala-gejala jiwa yang terlihat secara lahiriah sebagai ekspresi dari eksistensi jiwa.

Metode psikologi kenabian meliputi metode ilahiah yang memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah SWT, sedangkan metode ilmiah yang biasa dilakukan didalam penelitian ilmiah pada umumnya. Metode ini diterapkan untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa seseorang secara objektif.

Keterbatasan manusia dalam memahami dirinya, karena pada umumnya manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi multi kompleksnya masalah manusia. Manusia dalam Al-Qur’an mengandung istilah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu social kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materi.

Daftar Bacaan
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Beranda Publishing.
Saleh, Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu Pengantar : Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini