Bahasa dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku

Oleh Nur Haris 'Ali 

Pengantar
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan tentang bahasa dan pengaruh penggunaannya terhadap perilaku. Beberapa poin penting yang akan penulis bahas adalah pengertian dan pembagian bahasa, macam-macam istilah yang sering digunakan dalam bahasa, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemahaman, dan yang terakhir, pengaruh penggunaan bahasa terhadap perilaku.

Pengertian dan Pembagian Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) pengertian bahasa (linguistic) adalah (1) sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; (2) percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun, misal: baik budi bahasanya.

Berbeda lagi dengan linguistic dalam Kamus Psikologi karangan Kartini Kartono dan Dali Gulo (2003). Linguistic dalam kamus tersebut diartikan sebagai sebuah ilmu bahasa yang mengenal asal mula, struktur dan pengaruh-pengaruh-pengaruh dari suatu bahasa itu sendiri.

Pengertian lain tentang bahasa mucul dari Widhiarso (2005) yang mengartikan bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di dalamnya dalam lapangan permahaman manusia. Bahasa, lanjut Widhiarso, adalah media manusia berpikir secara abstrak dimana objek-obejk faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol yang abstrak.

Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan seseorang untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa bisa dibagi dalam dua macam. Pertama, bahasa verbal. Bahasa verbal adalah bahasa formal baik lisan maupun tertulis yang diakui dan digunakan oleh anggota kelompok sosial. Kedua, Bahasa non verbal adalah bahasa yang penyampain pesannya menggunakan ketidakhadiran simbol-simbol suara atau perwujudan suara (Setianti, 2007)

Bahasa non verbal juga biasa disebut dengan bahasa tubuh, yaitu bentuk komunkasi tanpa kata-kata yang merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan meliputi seperti isyarat, eksperi wajah, pandangan mata, sentuhan, dan diam. Bahasa nonverbal juga bisa diartikan sebagai bahasa yang menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

Berbeda lagi dengan Jalaluddin Rakhmat (1994) yang membagi bahasa menjadi dua tapi bukan verbal dan non verbal. Rakhmat membagi bahasa seecara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan oleh Rakhmat sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimilikinya bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

Istilah-istilah dalam Bahasa
Ada beberapa istilah yang digunakan seseorang ketika berbahasa. Diantaranya adalah sebagaimana yang tertulis di buku modul Psikologi Kognitif karangan Dian Sari Utami, dkk (2004) berikut:
  1. Fonem (phonem) : unit terkecil (dasar) dalam bahasa misal : a , kh, th
  2. Morfem (morpheme) : unit dasar dari suatu makna atau arti, misal kata kesadaran terdiri dari 3 morfem yaitu ke-sadar-an. Tiap segmen/ morfem tadi memiliki makna dalam arti mandiri maupun harus dikaitkan. Kata sadar dapat berdiri sendiri namun ke dan an harus di lekatkan pada kata lain sehingga lebih bermakna, kata suku kata ke dan an akan membentuk kata benda.
  3. Semantik (semantic) : makna/ arti dari kata-kata dan kalimat.
  4. Sintak (syntax) : aturan-aturan dalam tata bahasa yang mengatur bagaimana kata-kata itu digabungkan dalam suatu kalimat.
  5. Pragmatis (pragmatics) : aturan yang terkait bagaimana aturan sosial dalam menggunakan bahasa, misal : kata madhang (dalam bahasa jawa yang berarti makan) tidak tepat digunakan ketika kita bertanya kepada orang tua lebih tepat digunakan kata dahar. 

Selain istilah-istilah di atas, ada satu hal yang penting untuk dipahami dalam penggunaan bahasa, yaitu struktur frase. Struktur frase melibatkan bagaimana menata suatu kalimat ke dalam frase-frase (ini disebut constituent). Misalnya seperti pada kalimat berikut The young woman carried the heavy painting. Kita dapat membagi kalimat tersebut dalam dua konstituen, yaitu (1) the young woman dan (2) the heavy painting. Ini masih bisa kita uraikan lagi sampai ke unit terkecil dalam stuktur frase.

Penstrukturan frase sangat berguna untuk lebih memahami bahasa itu sendiri. Selain itu, letak suatu kata dalam konstituen dapat membantu kita untuk mengidentifikasi makna dari suatu kata. Kata wanita (woman) sangat umum, namun ketika ditambahkan kata muda (young) maka kita akan lebih mudah mengidentifkasi maksud dari kalimat tersebut. 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman 
1.       Bentuk Kalimat Negatif
Kalimat dalam bentuk afirmatif (bersifat menguatkan atau mengesahkan) lebih mudah dipahami daripada dalam bentuk negatif. Hal ini disebabkan bentuk dari kalimat negatif telah memiliki rangsangan tersendiri terhadap memori otak manusia
2.      Passive Voice
Meskipun secara deep structur sama, namun kalimat aktif lebih mudah dipahami daripada kalimat pasif. Sebagaimana kalimat Ujang naik sepeda (kalimat aktif) dan Sepeda dinaiki Ujang (kalimat pasif). 

3.      Ambiguitas 
Kalimat yang ambigu, mengandung kemungkinan beberapa interpretasi tentu akan membutuhkan waktu lebih untuk memahami. Contoh dari ambiguitas bahasa adalah (1) ada 7 mahasiswa baru di hukum. (2) jangan bung.
Dalam dua contoh terakhir di atas, memiliki makna yang ambiguitas. Contoh pertama, ada 7 mahasiswa baru di hukum, bisa diinterpretasi dengan makna bahwa ada 7 orang mahasiswa baru yang  kuliah di fakultas hukum atau ada 7 orang mahasiswa yang di penjara.
Kemudian untuk contoh yang kedua, interpretasi muncul ketika notasi yang dikeluarkan oleh seseorang berbeda. Jangan, Bung! Berarti perintah dari seseorang kepada orang lain untuk tidak melakukan sesuatu, atau, jangan bung yang berartikan sayur rebung.

Pengaruh Penggunaan Bahasa Terhadap Perilaku
Pengaruh bahasa terhadap perilaku dapat terjadi jika bahasa tersebut telah berhasil melalui habituasi dan aspek formal bahasa menuju pikiran manusia itu sendiri. Seorang ahli bahasa bernama Benyamin Whorf pernah mengatakan bahwa selain habituasi dan aspek formal bahasa, salah satu aspek lain yang dominan adalah bahwa bahasa mampu mempengaruhi kategorisasi dalam persepsi manuisa yang akan menjadi premis dalam berpikirnya. Dari pikiran tersebut, maka akan mempengaruhi perilaku individu tersebut sebagaimana Kazuo Murakami yang pernah mengatakan bahwa, “You are what you think, and you are what you feel.” (kamu adalah apa yang kamu pikirkan dan kamu adalah apa yang kamu rasakan).

Memang, manusia dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi bahasa mampu mempermudah perilaku manusia seperti, kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan, dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan seseorang menangani peristiwa yang dihadapinya, bagaimanakah mereka harus bertindak, dan merespon dan seterusnya.
Bahasa juga memaksa pandangan konseptual pemakai bahasa karena secara tak langsung manusia mengevaluasi realita berdasarkan bahasa yang manusia miliki (Widhiarso, 2005). Dengan cara seperti inilah bahasa mempengaruhi pikiran seseorang kemudian mengarah pada tindakan atau perilaku manusia itu sendiri. Makanya dalam ilmu psikologi ada istilah linguistic relativity hypothesis yang memiliki makna yaitu pandangan yang menyatakan bahwa bahasa khusus yang digunakan oleh orang-orang untuk menentukan bagaimana mereka memahami dunia sekitar.

Kesimpulan
Kesimpulan penulis pada makalah ini ialah bahasa merupakan salah satu media yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Bahasa tersusun dari beberapa isitilah mulai dari fonem, morfem, semantik, sintak, dan pragmatis. Inti bahasa adalah ada kesepakatan yang digunakan oleh kedua belah pihak. Kemudian bahasa yang digunakan seseorang bisa sangat berpengaruh pada diri individu itu sendiri maupun orang lain, bisa menimbulkan pemahaman, ambiguitas, bahkan sampai bisa menyeret pada ranah salah paham.

Daftar Bacaan
Dian Sari U.dkk. 2004. Psikologi Kognitif. Modul Kuliah (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online akses pada 25 oktober 2010 pukul 14.09 wib (http://kamusbahasaindonesia.org/bahasa).
Kartinono, Kartini & Dali Gulo. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Widhiarso, Wahyu. 2005. Pengaruh Bahasa terhadap Pikiran. Makalah (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.                                    
Setianti, Yanti. 2007. Bahasa Tubuh Sebagai Komunikasi Non-Verbal. Makalah Ilmiah (tidak diterbitkan). Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi Unviersitas Padjadjaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini