Film the Miracle Worker: Bukti Segala Sesuatu adalah Mungkin, Jika Diberi Kesempatan!

Helen Keller, adalah tokoh utama yang dikisahkan dalam film tersebut. Ia adalah seorang anak berusia sekitar 12 tahun, yang memiliki keterbatasan fisik: tak mampu bicara (bisu), tak mampu mendengar (tuli) dan tak mampu melihat (buta). Ia juga merupakan anak semata wayang dari pasangan Kate Keller dan Kapten Keller.

Helen—begitu ia biasa di sapa—sejak kecil, sangat dimanja oleh keluarganya, terutama oleh ibunya. Apa-apa yang diinginkannya harus dipenuhi. Bila tidak, Helen akan mengamuk dan menangis merengek-rengek. Pun demikian, anak ini punya kebiasaan unik. Bila ia sedang marah (mengamuk.red), maka cukup disuapkan permen ke dalam muludnya dan seketika itu juga ia akan lebih tenang.

Hal itulah kemudian yang menjadikan Annie Sullivan, seorang guru yang sengaja di datangkan untuk mendidik Helen Keller, menjadi bertanya kepada Kate Keller,

“Mengapa Anda memberikannya hadiah, padahal dia (Helen) berbuat salah?,” kata Sullivan saat Helen mengamuk dan memecahkan piring di ruang meja makan.

Pelajaran pertama yang diberikan Sullivan kepada Helen adalah saat ia, Helen, diberikan boneka yang memiliki dua mata dan satu mulut. Helen yang waktu itu menerima boneka dari Sullivan telihat sangat girang, tiba-tiba direbut kembali oleh Sullivan, dan boneka itu tidak akan memberikannya lagi kepada Helen kecuali dengan syarat Helen memintanya dengan memakai bahasa isyarat lewat tangan.

"Benda ini memiliki nama," kata Sullivan kepada Helen sambil memegang tangan Helen dan mengajarinya bahasa isyarat.

Perjuangan Sullivan tak berhenti sampai di situ. Setiap kali mengajarkan bahasa isyarat kepada Helen, kalimat “benda ini memiliki nama” selalu diulang-ulangnya. Sullivan menyakini bahwa berkomunikasi dapat dilakukan lewat ejaan kata-kata di tangan. Penandatanganan kata benda di bawah jari-jari, didapatkan Helen setiap kali ia mencoba untuk mendapatkan apa yang disukai dan pada saat Hellen melakukan aktivitas yang tidak semestinya dilakukan, missal, menyiram air ke muka Anni Sullivan. Dengan cara seperti itulah, Annie Sullivan, sang guru sekaligus pendidik untuk Hellen, mempercayai bahwa segala sesuatu adalah mungkin jika diberi kesempatan. Annie Sullivan pun sejak awal pertemuan, sudah meyakini bahwa Hellen merupakan anak cerdas.

“Pasti cepat tanggap jika diberi pelajaran dan kesempatan,” katanya.

Helen, mencoba menyamakan muka boneka dengan mukanya
Karena saking manjanya, Helen setiap kali bertingkah—baik itu salah maupun benar—selalu  mendapatkan dukungan dari orangtuanya. Ia bahkan makan tidak sesuai dengan adab makan. Mengambil makanan dengan tangan kosong dari satu piring ke piring satunya tanpa sendok dan dengan berdiri. Ketika itu, keseriusan Sullivan untuk mengajarkan Hellen tata karma semakin menjadi-jadi.

Tidak terima atas apa yang diperbuat Sullivan, Helen lantas menyiramnya dengan air. Sulivan pun kemudian membalasnya dengan siraman air kepada Helen. Helen lalu menampar pipi Sulivan, namun lagi-lagi Helen mendapatkan balasan serupa atas apa yang diperbuatnya itu. Di sini, letak pelajaran psikologis yang diajarkan oleh Sullivan kepada Helen.


Annie Sullivan, kemudian mengajukan usul kepada orangtua Helen, bahwa dirinya butuh waktu, kesabaran, dan keyakinan untuk benar-benar memberikan pelajaran kepada Hellen. Maka, seketika itu juga, Sullivan meminta orangtua Helen, untuk meninggalkan mereka berdua di ruang makan. Annie Sullivan lantas berusaha dengan keras mendidik Hellen, bahkan ketika Hellen melawan Sullivan, Sullivan tidak segan-segan membalas perbuatan Hellen.

Setelah kejadian itu, Annie Sullivan kemudian menegaskan bahwa ia minta waktu 2 minggu dengan ruangan yang tepisah dari orangtua Helen.

“Mengapa harus berpisah?,” tanya Kate Keller, Ibunda Helen.

“Bila tidak berpisah, maka Anda akan terus memanjakan Helen. Saya tidak bisa,” jawab Sullivan

Dan akhirnya, permintaan itupun dipenuhi oleh Kapten Keller. Hellenpun hidup berdua dengan Annie. Di ruang sebelah rumah keluarga Keller, yaitu rumah kosong yang tidak terpakai, tempat para tukang kebun milik keluarga besar Keller.

Setelah beberapa hari berlalu, terlihat ada perubahan pada diri Helen. Ia bisa makan menggunakan sendok dan menggunakan serbet. Helen pun kemudian bisa menyebutkan nama-nama benda yang ia pegang. Hal ini membuktikan bahwa bahasa dapat mempengaruhi aspek-aspek perkembangan seseorang. Persis seperti yang dialami oleh Helen Keller.

Sedikit informasi tentang Annie Sullivan.
Annie Sullivan (berkacamata) mengajari "air" kepada Helen, di dekat pompa  air
Annie Sullivan, sebenarnya adalah seorang murid, bukan guru. Murid yang paling cerdas dari the Perkins Institute for The Blind, sebuah sekolah ternama di Boston untuk orang-orang yang memiliki ketebatasan fisik tak mampu melihat. Sullivan sendiri sebenarnya adalah sosok manusia yang pernah mengalami kebutaan ketika berusia 10 tahun, namun berangsur-angsur membaik ketika disekolahkan di institute tersebut. Sengaja ia diminta oleh direktur sekolah tersebut, Dr. Michael Anaganos, untuk menjadi guru private bagi Helen Keller. Awalnya ia menolak. Namun, karena bujukan dari Dr. Michael Anaganos, Sullivan pun mau memenuhi permintaan direktur sekolah yang telah membesarkannya itu.

Film ini merupakan true story yang diramu secara apik dari kisah nyentrik seorang Helen Keller. Helen Keller, yang menghadapi tantangan menakutkan dengan menjadi tuli dan buta, mampu dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat dengan ramuan film penuh ikatan emosional. Meski Helen Keller adalah seorang manusia yang buta, tulis dan bisu, namun ia menunjukkan ketabahannya yang luar biasa, dibantu oleh Annie Sullivan, yang mengalami kasus kebutaan serupa sejak kecil, namun berhasil sembuh. Beberapa cuplikan mendebarkan dapat terlihat dalam film ini, tentang interaksi dan cara mengajar Annie Sullivan kepada Helen Keller.

Sekali lagi, film ini benar-benar mengeksplorasi hubungan dekat antara Helen Keller dengan Annie Sullivan. Film ini sekaligus membuktikan bahwa segala sesuatu adalah mungkin, jika diberi kesempatan. Itu! [Nur Haris ‘Ali]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini