Pertanyaan di atas, muncul siang hari ini (Minggu, 11/9). Setelah selesai memenuhi undangan teman saya: ngisi tilawah di resepsi pernikahan, sebuah pertanyaan "menggangu" itu meminta saya menuliskannya di note ini
"Abis ini mau kemana lagi, Ris?" tanya teman saya.
"Hmmm...itu
suara apa yah?" tanya saya yang mendengar suara sholawatan dari
kejauhan. Suara sholawat Nabi. Ala Habib Syeikh, sedang berkumandang
pada siang itu. Sebagai orang yang belajar mencintai Rasulnya, spontan
saya langsung menanyakan sumber suara itu berada kepada teman saya yang
orang ta'mir itu.
"Hmm...dimana ya, suara itu muncul?" teman saya malah berbalik tanya kepada saya. Ia juga tidak tahu.
Ternyata,
setelah saya selidiki, suara itu bersumber di Masjid Ar Ridlo. Masjid
ini berlokasi di sebelah utara jalan. Tepatnya di arena dalam,i
perkantoran Telkom Jogjakarta. "Acara apa ini, Pak?" tanya saya kepada
penjual minyak wangi. Setelah saya menuju ke sumber suara itu. Bapak
penjual minyak wangi itu duduk di belakang deretan minyak wangi yang ia
jual.
"Acara pengajian, Mas" Jawabnya, sambil mendongak ke
arah saya. "Boleh ikut?" tanya saya lagi, sambil menunjuk ke arah dalam
masjid. "Boleh, Mas. Silakan"
Saya
kemudian masuk ke dalam masjid. Subhaanallaah! saya baru tahu, rupanya
majlis yang saya datangi ini adalah majlis yang pernah saya ikuti.
Beberapa jama'ah banyak yang berpakain putih. Juga ada yang berpakaian
koko, seperti yang sedang saya pakai. Ketika saya datang, alunan
sholawat kepada junjungan Nabi Muhammad Saw, masih dikumandangkan. Merdu
sekali....dengan diiringi rebana ala Sibtu Dluror. Ala Habib Syiekh
Solo.
Seorang
bapak-bapak, memakai baju berwarna hijau muda, berpeci dan bersarung,
menyalami saya. Mempersilakan saya duduk di sampingnya. Tidak lama dari
itu, seorang ibu-ibu menghampiri saya. Ia memberi nasi kotak dan segelas
air teh hangat.
Sementara itu, lagu-lagu sholawat sudah
berhenti. Barulah pengajian dimulai. Seorang ustadz, berbaju putih,
dengan mic di tangannya, mempersilakan kepada pengisi pengajian, untuk
berdiri. Saya ketahui, teryata pengisi pengajian pada siang itu adalah
Ust. Wahyudi namanya. Ia mengenakan baju putih, sorban putih di
pundaknya. Berpeci dan bersarung warna coklat. Dalam
ceramah/pengajiannya, ustadz itu menyampaikan sebuah kisah Nabi Muhammad
Saw yang menjadi sumber pertanyaan saya: Apakah Benar, Islam Melarang
Mendoakan Orang Non-Muslim?
Ustadz itu bercerita, bahwa
Rasul suatu ketika pernah diludahi oleh orang non-Muslim. "Tapi beliau
sangat sabar" kata ustadz itu. "Beliau tidak balas dendam kepada orang
tersebut" ustadz itu melanjutkan. "Yang meludai itu, bu..pak...bukan
orang Islam..." Tutur ustadz tersebut kepada para jama'ah yang memang,
mayoritas adalah bapak-bapak dan ibu-ibu. "Tapi orang kafir. Orang
non-Muslim." lanjutnya.
Setiap kali Nabi selesai sholat di masjid, kemudian melintas jalan yang menuju rumahnya, kala itu pula orang kafir itu meludahkan air liurnya, “cuh,cuh,cuh.” Peristiwa itu berulangkali terjadi, bahkan hampir setiap hari.
Pada suatu ketika, Rasul merasa kaget. Karena tidak seperti biasa. Sehingga, beliau bertanya dalam hati pribadinya, "Kok tumben, saya tidak diludahi. Biasaya, saya setiap kali selesai dari masjid dan lewat jalan ini selalu diludahi."
Kemudian, ada sahabat yang mengetahui. Dan ia berkata kepada Rasul, "Ya Rasul, orang yang biasanya meludahi engkau, ia sedang dalam kondisi sakit, sekarang". "Sakit?" tanya Rasul, "bisakah engkau mengantarkanku ke rumahnya?"Lalu, diantarlah Rasulullah ke rumah orang kafir, yang biasanya meludahi beliau tersebut.
Ketika tahu, bahwa Nabi, orang yang tiap hari dia ludahi, justru menjenguknya, orang kafir itu menangis dalam hati.
"Duhai betapa luhur budi manusia ini. Kendati tiap hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjenguk kemari.” Dengan menitikan air mata haru bahagia, orang kafir itu bertanya, “Wahai Muhammad, kenapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?”
"Tenanglah, aku kemari tidak akan balas dendam kepadamu. Aku hanya ingin melihat kondisimu dan mendoakanmu. Aku yakin, engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau mengetahuinya, aku yakin engkau tak akan lagi melakukannya" Mendengar ucapan bijak dari nabi Muhammad Saw tersebut, orang kafir itu kemudian menangis dalam hati. Dadanya sesak, tenggorokannya serasa tersekat. Lantas, setelah mengatur nafas akhirnya ia dapat bicara lepas, “Wahai Muhammad mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu.” Lantas orang kafit itu mengikrarkan dua kalimat syahadat.
kalo di tempat saya siapa saja yg non muslim (kafir) akan diperlakukan kasar. sodara saya yg nonmuslim (kafir) akan saya hancurkan. nonmuslim(kafir) adlh musuh muslim selamanya,jadi jika mereka terkena musibah ya gakusah ditolong. ALLAHUAKBAR
BalasHapusAllah ku bar-bar
BalasHapusceritra di atas ada hadisnya gak ?
BalasHapusSaya sdh baca banyak hadis, tapi gak pernah baca hadis di atas.
Berarti ceritra bo'ong ah .....