"Tidur-nya saja ibadah, apalagi kalo beraktivitas,"
"Oh, tidak, tidak begitu. Kalau begitu, berarti seolah-olah tidak adil.”
Dua kutipan di atas adalah potongan dialog yang terjadi siang hari ini (7/8), sehabis sholat dzuhur, di kamar sederhana saya bersama 4 kawan-kawan hebat saya. Awalnya sih, tidak membicarakan hal yang beginian. Kita awalnya cuman ngomongin soal skripsi, abis itu lari ke alat elektronik, terus ngalor-ngidul ndak jelas sampai pada a big thing, sebuah pembicaraan yang, membikin saya ingin kembali menulis, setelah hampir satu bulan tak menulis pasca KKN (Kuliah Kerja Nyata) ini.
Tidak munafik, mungkin diantara kita pernah mendengar statement yang berbunyi seperti ini "Ramadlan itu emang penuh diskon. Gimana enggak, lha wong tidur-nya saja dinilai ibadah, apalagi kalu dibikin aktivitas." Eits….STOP! Tunggu dulu.
Setelah saya pikir-pikir, dari diskusi yang berlangsung di kamar, siang hari ini tadi, statement yang begitu itu perlu penafsiran ulang. Atau, perlu mendapatkan penafsiran yang lebih tepat dan lengkap.
Apa pasal?
Selama ini, penafsiran bahwa “tidur di bulan Ramadlan saja itu dinilai ibadah,” itu rupanya tidak berhenti hanya sampai di situ saja. Jika hal ini yang terjadi, maka itu artinya Allah menciptakan pahala yang tidak adil.
Logikanya bagaimana?
Begini, “Masa' kalau misalnya ada orang yang ahli maksiat, terus dia tidur di bulan Ramadlan, itu juga dinilai ibadah??" begitu jawab kawan saya.
Lha terus?
"Yang seharusnya itu, tidur di bulan Ramadlan akan dinilai ibadah, kalau, misalnya, di malam harinya ia gunakan untuk berdzikir semalaman suntuk, hingga besok paginya ia tak mampu menahan matanya hingga terlelap tidur."
"Atau, ia seharian majlisan dzikir, terus besoknya, ia tidur pulas seharian hingga terlelap, maka itu baru tidur dinilai ibadah. Gitu.”
Nah, loh. Sekarang, masih dinilai ibadahkah tidur kita? Allahu a'lam...
halo profesor Haris :)
BalasHapusiya, terutama kalau kita menyadari kalo itu adalah dalilnya dhoif. Bisa dibayangkan bila umat Islam banyak yang menganggap itu adalah dalil yang bagus, bisa dibayangkan betapa tidak produktifnya umat Islam kala bulan puasa. Bukan demikian profesor haris? ;)
CMIIW
oya mau ngasih tau kalo ridho utama membuka sayapnya didunia maya tulis menulis ,sekarang sedikit lebih masuk ke pers. silahkan kunjungi ya prof haris: hit-ridho.blogspot.com :)