SENYUM: ANTARA MENYEHATKAN DAN TIDAK


Pernahkan anda tersenyum?

Ya, saya yakin anda pernah. Setiap orang di dunia ini, pasti pernah tersenyum, kecuali bagi yang tidak. Senyum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai gerak tawa ekspresif yang tidak beruara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sejenisnya dengan cara mengembangkan bibir sedikit.

Senyum dalam kehidupan kita sehari-hari, memainkan peranan penting pada keseluruhan aspek kehidupan. Ketika kita sedang berbicara dengan seseorang, misalnya, seringkali kita atau pun lawan bicara kita melemparkan senyum untuk menunjukkan kedekatan, kegembiraan atau ketulusan. Maka wajar jika senyum kemudian dikatakan sebagai media termudah untuk mendekatkan antara kedua orang yang memiliki jarak berbeda. Senyum juga sering disebut sebagai jarak terpendek antara dua orang yang berbeda. Beberapa orang bahkan menyebut senyum sebagai seni yang tercermin dari kedamaian hati. Setidaknya hal itu benar juka kita melempar senyum kepada orang lain, maka orang itu juga akan merasa damai seperti kita.

Adalah Dr. Marita R. Inglehart, salah seorang pakar yang melakukan penelitian tetang senyum ini. Menurutnya, senyum ternyata mampu berdampak pada interaksi sosial, kepercayaan diri dan dapat mem(p)engaruhi bagaimana persepsi seseorang terhadap orang lain. Dengan demikian, benar apa yang sering disebutkan bahwa senyum memiliki dampak positif bagi siapa saja yang melakukannya. Bahkan, dalam konteks agama, senyum dikatakan sebagai ibadah karena sangking murahnya ia untuk dilakukan.

Ketika seseorang tersenyum maka senyum tersebut akan membuat suasana menjadi lebih cerah, mengubah mood orang di sekitarnya dan membuat semua orang menjadi senang. Orang yang suka tersenyum akan membawa kebahagiaan buat orang lain di sekitarnya. Kata sahabat saya, "sering-seringlah tersenyum, maka kamu akan disukai oleh banyak orang."

Penelitian selanjutnya terkait senyum ini dilakukan oleh DR. Dewi Matindas. menurut pakar psikologi yang satu ini, senyum merupakan pertanda awal bahwa seseorang siap dan terbuka untuk menerima orang lain.

Sering kita melihat bukan, ada orang yang selalu tersenyum ketika bertemu dengan orang lain. Itu artinya bahwa ia memiliki kemampuan intrapersonal dan interpersonal yang baik.

Memang, terkadang ada beberapa orang yang sulit bila tersenyum. Masalah sulit senyum ini sebenarnya bisa dilacak dari apakah seseorang tersebut merasakan hidupnya bahagia atau tidak. Seringnya, orang yang bahagia, beban jiwanya menjadi lebih ringan sehingga lebih mudah untuk mengekspresikan senyum dari lubuk hatinya.

Ada dampak positif dan negatif dari senyum ini. Secara psikologis, senyum memang memiliki banyak dampak positifnya dari pada negatifnya. Di antara sekian dampak positif, antara lain yaitu bagi para pelakunya, senyum mampu mengurangi tingkat stres, meningkatkan kekebalan, memicu perasaan optimis, dan dapat meningkatkan hubungan baik dengan orang lain. Bagaimana dinamikanya? Orang yang merasa dirinya tidak tertekan, merasa dirinya yakin dengan apa yang dilakukannya, maka keadaan "jiwa" orang itu juga demikian. Artinya, apa yang ditunjukkannya secara fisik, maka itulah yang mencerminkan sisi psikologisnya.

Berbeda dengan senyum yang dipaksakan. Bagi sebagian orang yang merasa sulit untuk berbagi senyuman, maka biasanya ia dalam kondisi yang tertekan pula. Mungkin kita pernah mengalamai hal yang demikian ini. Sehingga, sahabat yang ada di samping kita bilang "kok kamu senyumnya kecut sih?" Ini yang kita perlu hati-hati. Meskipun kita sedang menghadapi masalah, misalnya, seberat apapun itu dalam hidup ini. Maka saranya adalah tetaplah tersenyum dan yakinkan pada diri kita bahwa kita mampu mengurangi beban dalam pikiran atau perasaan kita itu. Ingat, semua orang pasti punya masalah meski berbeda cara penyelesaiannya. Seberat apapun masalah dalam hidup ini, apabila kita hadapi dengan senyuman, secara psikologis beban itu telah terkurangi.

Masih ingat, bukan, senyum dalam konteks agama seperti yang disebut di atas?

Yup! senyum bernilai ibadah. Mengapa bisa demikian?

Karena senyum dianggap memiliki kesamaan dengan sedekah. Orang telah dianggap bersedekah hanya dengan tersenyum kepada orang lain. Tentu senyum yang dimaksud adalah senyum tulus, murni dan ikhlas.

Pun demikian, perlu diketahui bahwa ada penelitian terbaru yang mengungkap bahwa senyum palsu atau tidak dari dalam hati, dapat berpotensi menyebabkan suasana hati tertekan. Akbitnya secara emosional orang yang melakukan senyum dengan terpaksa akan merasa lelah. Jika hal ini terus dibiarkan, dalam jangka panjang, menurut Brent Scott--asisten profesor manajemen, Michigan State University, AS, bisa menyebabkan yang bersangkutan seolah-olah merasa kehilangan identitas pribadi.

Jadi, sudahkah kita tersenyum dengan tulus?


gambar dari google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini