Oleh : Nur Haris Ali*
KabarIndonesia, 9 Januari 2011
Genderang bursa calon presiden (capres) 2014 rupanya sudah mulai terdengar dari panggung para politisi negeri ini. Setidaknya, hal itu mulai terlihat dari pemberitaan yang disuguhkan media massa baik elektronik maupun cetak belakang terakhir. Termasuk isu yang mengatakan bahwa Ani Yudhoyono istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dengan menggunakan kendaraan Partai Demokrat (PD), disebut-sebut akan menggantikan SBY pada 2014 mendatang (JPNN, 3/1).
Disatu sisi, kasak-kusuk tersebut dibantah oleh Anggota Dewan Pertimbangan Partai Demokrat, Achmad Mubarok. Ia mengatakan, hal itu tidak ada dalam pembicaraan soal capres 2014 di Majelis Tinggi Demokrat, apa lagi keluar nama Ani Yudhoyono untuk menjadi calon presiden. Namun, di sisi lain, ketua Departemen Informasi PD, Ruhut Sitompul, memunculkan wacana dalam bursa capres 2014 dengan melempar isu bahwa saat ini PD telah menyiapkan bakal capres 2014-2019. Nama-nama yang disebur adalah Ibu negara Ani Yudhoyono yang saat ini dianggapnya memiliki posisi diunggulkan untuk dicalonkan pada 2014 mendatang.
Anas Urbaningrum, sang ketua umum DPP Partai Demokrat, sendiri pun harus ikut bicara. Menurutnya, PD saat ini belum berpikir untuk mengarah kepersoalan capres tahun 2014. Imbuhnya, itu belum saatnya sekarang. Sekarang bagi PD adalah tahun kerja bukan tahun politik.
Tahun 2014 memang bagi PD merupakan tahun dimana akan ditinggalkan oleh Presiden SBY. SBY seperti yang publik ketahui, tidak diperbolehkan lagi mencalonkan diri sebagai capres 2014 karena sudah dua kali berkuasa. Maka wajar, sejumlah politis PD pun mulai angkat bicara soal siapa yang akan menggantikan SBY pada 2014 mendatang.
Filsafah Orang Jawa dan Dinamika Psikologis
Saya membaca berita tersebut, hanya tersenyum-senyum saja karena hal itu mengingatkan saya pada pesan yang disampaikan orang jawa dulu kepada saya. Kalau dulu, orang jawa pernah bilang seperti ini, "Ndak elok ngomongke masalah warisan nek wong tua isih ana, iku jenenge nyengkakne ben dang mati," (Tidak baik membicarakan masalah harta waris, di saat orang tua masih hidup. Itu namannya sama saja dengan mendoakan agar mereka segera meninggal."
Tidak hanya harta benda yang disebut dengan warisan. Jabatan dan tahta-kekuasan pun juga termasuk di dalamnya. Dinamika psikologis yang saya simpulkan dari pesan orang jawa di atas dengan mengkaitkan pada konteks bursa capres 2014 yang saat ini saya tulis ini berarti jika para kader PD sudah mulai membicarakan masalah siapa yang nanti akan menggantikan SBY, maka itu artinya, menurut filsafah orang jawa, sama halnya dengan mendoakan agar masa kepengurusan SBY ini segera ‘mati' (baca: lengser) saja. Maka, mungkin benar apa yang diungkapkan Anas Urbaningrum: belum saatnya untuk membicarakan Capres 2014 saat ini. Bisa jadi, Anas disamping karena menghormati SBY, ia juga tidak ingin diklaim "mendoakan" SBY agar segera lengser dari masa jabatannya. Tapi siapa tahu, ada ‘udang' di balik batu. Sekali, lagi siapa tahu?
Terkait sikap yang dikeluarkan kader PD seperti yang diberitakan media belakang ini, memang sedikit banyak mempengaruhi publik. Di satu sisi Anas menyatakan sikap belum saatnya berbicara capres 2014. Namun di sini lain, Ketua Departemen Informasi PD, Ruhut Sitompul, sendiri melempar isu bahwa saat ini PD sedang menyiapkan bakal capres 2014-2019.
Tak Hanya di Partai Demokrat
Tidak hanya di tubuh partai berwarna biru tersebut yang mengusung nama untuk capres 2014. Hal serupa rupanya juga terjadi di tubuh Partai Gerindra, pimpinan Prabowo Subianto. Bahkan, sebuah group di situs jejaring sosial facebook pun telah terbuat, sebagai wadah koordinasi-mengusung nama putra begawan ekonomi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo itu, sebagai calon Presiden 2014.
Tidak berhenti sampai di situ, sejumlah nama lain juga ikut muncul di jejaring situs sosial itu. Dan rupanya benar apa yang diprediksikan oleh pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, belum lam ini: sejumlah nama yang bakalan muncul di bursa capres 2014 sudah mulai terdengar pada tahun ini. Sebut saja seperti Mahfud MD, Sri Mulyani, dan Dr. Sudarmono yang saat ini sudah mencapai angka 4.124 pengikut di situs jejaring sosial itu. Meskipun, mereka sendiri belum (atau malah tidak) memiliki kendaraan politik dan menyatakan sikap serius terkait pencalonan capres 2014 nanti.
Terlepas benar-tidaknya apa yang terjadi di tubuh partai politik PD dan Gerindra di atas, serta sejumlah nama yang entah mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi capres 2014 nanti, kiranya, saat ini pun masyarakat Indonesia sudah cukup cerdas untuk menentukan sikap dan menangkap kabar-kabar yang tersebar di publik. Sehingga, hal itu tidak membuat masyarakat mudah terpancing di awal. Yang jelas, masyarakat hanya menginginkan pemimpin yang mampu mengayomi dan meng-openi rakyat. Menjalankan amanah dengan semestinya. Dan paling penting, tidak memakan harta rakyat. Bukankah demikian?
*Nur Haris ‘Ali, Aktivis Pers Mahasiswa Himmah UII,
Mahasiswa Jurusan Psikologi UII Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana pendapat Anda terkait tulisan di atas? Silakan tinggalkan komentar Anda di sini